KETERBUKAAN DIRI DALAM INTERAKSI SOSIAL: STUDI PADA INDIVIDU USIA PRODUKTIF PENDERITA LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES)

Authors

  • Johan Nurwardana
  • Fadli Rahman

DOI:

https://doi.org/10.51353/inquiry.v13i02.693

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keterbukaan diri dalam melakukan interaksi sosial pada individu usia produktif penderita penyakit autoimun Lupus Eritematosus Sistemik atau LES (Systemic Lupus Erythemathosus). Penyakit autoimun merupakan penyakit dimana antibodi yang secara fisiologis berfungsi melindungi tubuh dari serangan kuman penyakit justru tidak mengenali tubuh dan kemudian antibodi tersebut berbalik menyerang tubuh. Gejala penyakit Lupus pada umumnya kerontokan rambut, kelelahan yang sangat terasa, demam yang sering, serta perubahan warna jari tangan atau anggota tubuh lain menjadi pucat, dari ungu kebiruan ke kemerahan sebagai akibat dari penyempitan pembuluh darah. Penyakit LES juga berdampak pada kondisi psikologis yang pada umumnya berupa depresi, putus asa, rendah diri, dan merasa tidak akan sembuh. Kondisi tersebut terjadi karena penyakit LES terjadi tanpa ada gejala yang tetap dan hasil diagnosa tidak pasti sehingga sering disebut sebagai penyakit seribu wajah, dan terjadi dalam rentang waktu yang lama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, wawancara dilakukan pada subyek penderita LES serta dilengkapi wawancara pada informan yang merupakan significant others dari subyek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek membutuhkan proses serta waktu yang cukup lama untuk menerima kenyataan bahwa LES sebagai penyakit autoimun pada waktu tersebut belum dipahami oleh masyarakat secara umum, sehingga terjadi penilaian yang tidak tepat dan insensitivitas secara psikologis terhadap kondisi subyek oleh lingkungan sosial terdekat. Setelah beberapa tahun, secara bertahap subyek mulai menerima kondisi yang ada dan lebih bisa melakukan interaksi secara terbuka dimulai dari lingkungan sosial terdekat yaitu keluarga. Keterbukaan diri dalam melakukan interaksi sosial lebih terkait dengan kondisi fisik, kondisi psikologis, reaksi emosi yang dominan, dan hal-hal lain yang merupakan substansi umum maupun substansi privat.

References

Danchenko, N., Satia, J. A., & Anthony, M. S. (2006). Epidemiology of systemic lupus erythematosus: a comparison of worldwide disease burden. Lupus, 15(5), 308–318.

Esfandiari, F., Rusmini, H., & Santoso, N. R. (2018). Hubungan Penerimaan Diri dengan Kualitas Hidup pada Pasien Lupus Eritematosus Sistemik (LES) di Komunitas Odapus Provinsi Lampung (KOL) Tahun 2018. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 5(3).

Indonesia, P. R. (2011). Diagnosis dan pengelolaan lupus eritematosus sistemik. Jakarta: IRA.

Masaviru, M. (2016). Self-disclosure: Theories and model review. Journal of Culture, Society and Development, 18(1), 43–44.

Navarra, S. V, Zamora, L. D., Collante, M., & Theresa, M. (2020). Lupus education for physicians and patients in a resource-limited setting. Clinical Rheumatology, 39(3), 697–702.

Tobing, D. H., Herdiyanto, Y. K., Astiti, D. P., Rustika, I. M., Indrawati, K. R., Susilawati, L., & All, E. (2016). Bahan Ajar Metode Penelitian Kualitatif. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udaya, 1–41.

Yasin, M., & Priyono, J. (2016). Analisis faktor usia, gaji dan beban tanggungan terhadap produksi home industri sepatu di Sidoarjo (Studi kasus di Kecamatan Krian). Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 1(1), 95–120.

Downloads

Published

2023-01-24

Issue

Section

Articles